Museum
harus dikembangkan fungsinya mengikuti perkembangan zaman, dan saat ini harus
dijadikan menjadi icon pariwisata sebuah daerah. Hal tersebut disampaikan Wakil
Gubernur Jatim, Drs. H. Saifullah Yusuf saat membuka Pameran Nasional Pesona
Ragam Hias Kain Tradisional Nusantara 2014 di Museum Negeri Prov. Jatim Mpu
Tantular, Sidoarjo, Senin, (16/6) lalu.
Menurut pejabat yang akrab disapa
Gus Ipul ini, Jatim harus mencontoh konsep yang dikembangkan negara di Eropa
yang menjadikan museum sebagai icon wilayah berpotensi pariwisata. Namun begitu,
lajutnya, ini memerlukan sistem pengelolaan yang tepat agar bisa menarik
wisatawan agar berkunjung ke museum.
“Caranya
yaitu dengan mengemas museum lebih memiliki nilai lebih yakni dengan melakukan
inovasi yang menonjolkan pelayanan publik dan konsumen. Sebagai contoh disetiap
museum bisa diberi sebuah kantin yang menonjolkan ciri khas dari museum
tersebut, sehingga wisatawan akan tertarik untuk datang ke museum,” jelasnya.
Ia
menghimbau untuk menjadikan museum serasa rumah sendiri. Sehingga wisatawan
akan merasa betah dan akan berkunjung ke museum tersebut lain kali.
“Apabila museum dikemas seperti itu, bukan tidak mungkin kedepan akan
menjadi kebanggaan, icon dan simbol Jatim akan tetapi juga Indonesia. Oleh
sebab itu, harus ada perhatian khusus dalam pengelolaan museum agar memiliki
nilai lebih khususnya di bidang pariwisata,” ungkapnya.
Secara
keseluruhan, di Indonesia ada lebih dari 300 museum, yang mana pengelolaannya
50 persen oleh pemerintah dan 50 persen oleh pihak swasta. Saat ini, fungsi
museum masih terfokus menjadi sarana efektif untuk pendidikan dan mengenalkan
budaya luhur nenek moyang Indonesia. Oleh sebab itu, dibutuhkan inovasi agar
museum bisa menarik para pengunjung khususnya wisatawan untuk lebih semangat
mengunjungi museum.
Gus
Ipul juga menghimbau para pelaku usaha khususnya kerajinan di Jatim untuk siap
menghadapi Asean Economic Challenge (AEC) 2015. Nantinya, Indonesia akan
dibanjiri produk asing dengan adanya AEC 2015. Para pelaku usaha harus
menyiapkan diri untuk membuat produk yang memiliki nilai lebih dan berdaya
saing dengan negara lain. “Nantinya, pasti produk luar akan memiliki daya
saing yang ketat dibandingkan produk kita. Oleh sebab itu, harus dimulai wujud
cinta produk tanah air, agar bisa memiliki pasar tersendiri nantinya,”
tambahnya.
Yang
membuat kalah bersaing adalah tingkat promosinya. Salah satu upaya untuk
meningkatkan rasa mencintai produk Indonesia dengan mensosialisasikan dan
mengenalkan produk-produk tersebut kepada masyarakat. Selain itu, juga perlu
kerja keras agar produk Indonesia bisa dikenal warga Indonesia dan luar negeri.
Kuncinya tetap harus mensosialisasikan, promosi dan memasarkan produk tersebut
agar lebih dikenal salah satunya melalui pameran seperti ini.
Apabila
strategi tersebut bisa dilakukan, tahap selanjutnya agar bisa membawa citra
Indonesia di kancah internasional adalah dengan mematenkan produk asli
Indonesia agar tidak dicontoh negara lain. “Harus ada identifikasi produk
lokal, agar bisa didaftarkan hak paten intelektualnya dan bisa tercata dan
tidak menjadi jiplakan negara lain,”imbuhnya.
Pameran
Nasional Pesona Ragam Hias Kain Tradisional Nusantara 2014 berlangsung pada
tanggal 16 – 20 Juni 2014. Pesertanya berasal dari museum – museum dari 34
provinsi di Indonesia. Tujuan diadakannya pameran ini adalah untuk menampilkan
wastra tenun yang banyak di Indonesia, mengenalkan keaneragaman kain tenun
kepada masyarakat, menumbuhkan apresiasi terhadap kekayaan budaya khas kain,
mendorong masyarakat untuk mengunjungi museum dan menciptakan hubungan antar
pengelola museum se – Indonesia. @Jplus
Foto
: Gus Ipul membuka pameran ragam hias tradisional di museum Mpu Tantular
Sidoarjo.
0 komentar:
Posting Komentar