Selasa, 08 Juli 2014

Kembangkan Museum Sebagai Icon Pariwisata



Museum harus dikembangkan fungsinya mengikuti perkembangan zaman, dan saat ini harus dijadikan menjadi icon pariwisata sebuah daerah. Hal tersebut disampaikan Wakil Gubernur Jatim, Drs. H. Saifullah Yusuf saat membuka Pameran Nasional Pesona Ragam Hias Kain Tradisional Nusantara 2014 di Museum Negeri Prov. Jatim Mpu Tantular, Sidoarjo, Senin, (16/6) lalu.

Menurut pejabat yang akrab disapa Gus Ipul ini, Jatim harus mencontoh konsep yang dikembangkan negara di Eropa yang menjadikan museum sebagai icon wilayah berpotensi pariwisata. Namun begitu, lajutnya, ini memerlukan sistem pengelolaan yang tepat agar bisa menarik wisatawan agar berkunjung ke museum.

“Caranya yaitu dengan mengemas museum lebih memiliki nilai lebih yakni dengan melakukan inovasi yang menonjolkan pelayanan publik dan konsumen. Sebagai contoh disetiap museum bisa diberi sebuah kantin yang menonjolkan ciri khas dari museum tersebut, sehingga wisatawan akan tertarik untuk datang ke museum,” jelasnya.

Ia menghimbau untuk menjadikan museum serasa rumah sendiri. Sehingga wisatawan akan merasa betah dan akan berkunjung ke museum tersebut lain kali.  “Apabila museum dikemas seperti itu, bukan tidak mungkin kedepan akan menjadi kebanggaan, icon dan simbol Jatim akan tetapi juga Indonesia. Oleh sebab itu, harus ada perhatian khusus dalam pengelolaan museum agar memiliki nilai lebih khususnya di bidang pariwisata,” ungkapnya.

Secara keseluruhan, di Indonesia ada lebih dari 300 museum, yang mana pengelolaannya 50 persen oleh pemerintah dan 50 persen oleh pihak swasta. Saat ini, fungsi museum masih terfokus menjadi sarana efektif untuk pendidikan dan mengenalkan budaya luhur nenek moyang Indonesia. Oleh sebab itu, dibutuhkan inovasi agar museum bisa menarik para pengunjung khususnya wisatawan untuk lebih semangat mengunjungi museum.

Gus Ipul juga menghimbau para pelaku usaha khususnya kerajinan di Jatim untuk siap menghadapi Asean Economic Challenge (AEC) 2015. Nantinya, Indonesia akan dibanjiri produk asing dengan adanya AEC 2015. Para pelaku usaha harus menyiapkan diri untuk membuat produk yang memiliki nilai lebih dan berdaya saing dengan negara lain.  “Nantinya, pasti produk luar akan memiliki daya saing yang ketat dibandingkan produk kita. Oleh sebab itu, harus dimulai wujud cinta produk tanah air, agar bisa memiliki pasar tersendiri nantinya,” tambahnya.

Yang membuat kalah bersaing adalah tingkat promosinya. Salah satu upaya untuk meningkatkan rasa mencintai produk Indonesia dengan mensosialisasikan dan mengenalkan produk-produk tersebut kepada masyarakat. Selain itu, juga perlu kerja keras agar produk Indonesia bisa dikenal warga Indonesia dan luar negeri. Kuncinya tetap harus mensosialisasikan, promosi dan memasarkan produk tersebut agar lebih dikenal salah satunya melalui pameran seperti ini.

Apabila strategi tersebut bisa dilakukan, tahap selanjutnya agar bisa membawa citra Indonesia di kancah internasional adalah dengan mematenkan produk asli Indonesia agar tidak dicontoh negara lain. “Harus ada identifikasi produk lokal, agar bisa didaftarkan hak paten intelektualnya dan bisa tercata dan tidak menjadi jiplakan negara lain,”imbuhnya.

Pameran Nasional Pesona Ragam Hias Kain Tradisional Nusantara 2014 berlangsung pada tanggal 16 – 20 Juni 2014. Pesertanya berasal dari museum – museum dari 34 provinsi di Indonesia. Tujuan diadakannya pameran ini adalah untuk menampilkan wastra tenun yang banyak di Indonesia, mengenalkan keaneragaman kain tenun kepada masyarakat, menumbuhkan apresiasi terhadap kekayaan budaya khas kain, mendorong masyarakat untuk mengunjungi museum dan menciptakan hubungan antar pengelola museum se – Indonesia. @Jplus

Foto : Gus Ipul membuka pameran ragam hias tradisional di museum Mpu Tantular Sidoarjo.

0 komentar:

Posting Komentar

Top Stories

Ad Space

Follow us on FaceBook

Send Quick Message

Nama

Email *

Pesan *

About

Flicker

Pages

Social

Find us on FB

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Search This Blog

Popular Posts

Video Of Day